Wayang Terbesar Di Dunia (2004)
Wayang raksasa, yakni wayang yang paling besar di dunia
baru saja dikirab dan dipamerkan di lapangan Margodadi, Seyegan, Sleman,
Yogyakarta. Wayang yang berwujud gunungan/kayon itu menghabiskan kulit
kerbau sebanyak 6 lembar. Kayon dengan ukuran 7,70 meter dan lebarnya 3
meter ini diselesaikan dalam waktu sebulan penuh oleh Teguh Suyanto yang
memiliki nama kondhang Ki Yanto Yuda Leksono.
Pembuatan wayang itu dimulai sejak tanggal 25 Januari sampai dengan
25 Februari 2004. Pembuatan wayang dibantu oleh dua orang yakni Ki Sakri
dan Mas Sukiyadi. Ki Sakri dan Mas Sukiyadi ini memiliki tugas khusus
menyungging (mengecat/mewarnai) wayang kayon yang sudah ditatah. Karya
yang dibuat Teguh Suyanto ini berhasil memecahkan rekor dunia sebagai
wayang terbesar didunia dan dicatat oleh MURI (Museum Rekor Indonesia)
dengan nomor 1112/R.MURI/II/2004.Pembuatan wayang itu sendiri menghabiskan ongkos sebesar tujuh juta rupiah. Itu pun hanya untuk ongkos pembelian bahan baku saja. Belum lagi ongkos pembiayaan tenaga pembuatnya. Niat pembuatan wayang dengan ukuran raksasa ini berawal dari keprihatinan Teguh Suyanto terhadap fenomena kebudayaan di zaman ini. Ia benar-benar gelisah dengan semakin jauhnya jarak antara generasi muda dengan hasil-hasil kebudayaannya sendiri. Bahkan sangat banyak yang tidak mengenalnya lagi. Anak-anak sekarang sudah sangat jarang yang mengenal tokoh wayang. Oleh karena itu pulalah Tegus Suyanto kemudian terdorong untuk membuat wayang yang sangat besar agar bisa dilihat banyak orang. Biar banyak orang mendengar dan melihat sendiri bahwa kesenian wayang merupakan kesenian yang memiliki makna yang dalam. Dengan itu pula setidaknya warga Seyegan, Godean, dan Yogyakarta dapat mengerti bahwa kesenian wayang masih terus hidup.
Dana pembuatan wayang raksasa itu sebenarnya tidak lepas dari peran ARiA (Amien Rais in Action). Oleh karenanya piagam pernghargaan oleh MURI itu dituliskan begini Rekor Indonesia Piagam Penghargaan Museum Rekor Indonesia No.1112/R.MURI/II/2004 Dianugerahkan kepada ARiA (Amien Rais in Action) atas Prestasi Pemrakarsa Pembuatan Wayang Kayon Terbesar, Tinggi 1,10 m; lebar 3 m. Semarang, Februari 2004, Jaya Suprana
Sekalipun demikian, Tegus Suyanto selaku pribadi merasa bersyukur sebab telah berhasil membuat wayang kayon terbesar di dunia. Dengan demikian dia merasa iku bisa turut memberikan sesuatu khususnya di bidang kesenian tradisional yang menurut dia sudah banyak diabaikan masyarakat pendukungnya. Rasa syukur ini juga diwujudakan dengan mengadakan pentas karawitan dari grup Tri Saka Dharma, Gendhengan, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Karawitan ini dilakukan hingga dini hari. Di samping itu, diadakan pula selamatan/kenduri karena pekerjaan pembuatan wayang raksasa yang dilakukannya berjalan dengan lancar tanpa halanagan apa pun. Pada tanggal 28 Februari 2004 diadakan kirab wayang raksasa dengan diiringi seperangkat gamelan. Kirab wayang dilakukan dengan mengitari Gunung Ngampon yang terletak di sebelah barat lapangan Margodadi, Seyegan. Kirab ini diikuti oleh seluruh warga Gendengan, Seyegan, Sleman.
Dengan sengaja Teguh Suyanto memilih wayang gunungan dan bukan wayang lainnya sebagai objeknya. Hal ini dilandaskan pada satu alasan bahwa wayang gunungan merupakan wayang yang baku atau pokok dalam suatu pentas/ pergelaran wayang, khususnya wayang kulit. Pentas wayang dapat saja tidak menggunakan tokoh Bima atau Arjuna, atau tokoh lainnya, tetapi sangat mustahil untuk tidak mengunakan wayang gunungan. Kecuali itu wayang gunangan dapat mewakili aneka macam simbol. Kayon bisa digunakan sebagai simbol jagat raya, bisa sebagai simbol api, samodra, angin, gempa, pintu gerbang, benteng, gunung, danau, dan sebagainya. Dengan demikian Teguh Suyanto mengharapkan agar semua pemimpin yang mengelola negara Indonesia dapatlah kiranya meniru sifat-sifat yang disimbolkan oleh gunungan tersebut yang dalam falsafah Jawa dikenal “Bisa manjing ajur ajer marang kawulane” (bisa menyatu dengan kawula/orang yang dipimpinnya dalam kondisi apa pun). Bisa menjadi api bila memang dibutuhkan oleh rakyatnya. Bisa menjadi air bila memang berguna bagi rakyatnya. Demikian seterusnya.
Apa yang digambarakan di dalam wayang berbentuk gunungan juga menyimbolkan sesuatu misalnya gambaran atau simbol dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas. Konsep seperti ini tidak berbeda jauh dengan konsep dalam pembagian candi yang dibagi dalam tiga tingkatan yaitu svarloka (tempat para dewa-paling atas), bhuvarloka (tempat manusia yang sudah bersih dari urusan duniawi-bagian tengah), bhurloka (jagat keduaniawian-bagian paling bawah).
INFO: Kayon merupakan sejenis wayang yang memiliki fungsi khusus yaitu sebagai pembuka, penutup dan menunjukkan lokasi dalam sebuah pagelaran wayang.
Sumber: majalah kelangenan
0 Response to "Wayang Terbesar Di Dunia (2004)"
Post a Comment